Senyum Palsu

Sabtu, 16 Agustus 2014

Malam ini, kau masih terjebak dalam lingkaran stress yang sangat menakutkan. Berbagai cara yang sering kulakukan untuk menghilangkan atau minimal mengurangi tingkat stress, sudah aku lakukan. Tapi untuk kali ini, sia-sia.

Pukul 22.58 WIB, hampir sejam lewat waktu tidur normalku. Aku melihat jam itu di layar hapeku. Salah satu gambarnya aku menampilkan fotoku. Foto yang lumayan manis, karena aku lagi terseyum. Tapi, untuk malam ini. Aku merasa senyum itu palsu !.

Itu bukan senyum manis !. Itu cuma topeng untuk menutupi keironisan yang aku miliki. Keironisan karena hanya bisa bermain peran sok kuat dan tegar dihadapan orang lain.

Senyum manisku, senyum bahagia ?. Tentu bukan ! Senyum itu cuma aku jadikan penutup kemalangan hidup aku. Kemalangan karena menjadi orang sendirian. Tidak memiliki teman. Memiliki orangtua tapi tak pernah sekalipun mendengar dan melihat rancangan masa depan yang aku buat. Kemalangan yang sangat hina !

Haaaaa.. .!!!

Senyumku palsu..!

Saking palsunya yang aku pelihara selama bertahun-tahun. Kini, aku menjadi kebal untuk menutupi segala ekspresiku.

Sekarang aku jadi munafik ! Gila ! Gilaaa.. .!!

Ketakutanku

Kini terlihat jelas aku akan seperti apa nantinya. Jalan yang aku pilih sejak awal salah. Bahkan tidak sesuai dengan passion pemberian Tuhan untukku.

Ketakutan akan ketidakmampuanku meraih masa depan kini menghantui pikiranku. Menyesakkan dadaku. Bahkan, seluruh anggota tubuhku merespon negative setiap kali ingin memikirkannya.

Aku ingin sekali berubah !.

Aku ingin sekali mengubah !.

Tapi aku bermental pengecut. Pecundang. Payah !.

Tak ada satupun yang bisa aku lakukan untuk aku banggakan dan tunjukkan ke semua orang.

Aku benar-benar takut sekarang. Sangat takut !.

Pemilihan study yang salah, tidak memiliki satupun teman untuk berbagi, orangtua yang mengekang dan tidak pernah mendengar pilihanku.

Oh, Tuhan !. Aku sangat sendirian di dunia ini !.

Aku merasa hanya numpang hidup di dunia ini. Aku tidak berarti apa-apa buat orang lain. Aku hanya bisa berjalan bersama kekosongan yang tidak berarti. Aku hanya sampah !

Oh Tuhan !. Aku harus apa ?.

Aku harus bagaimana ?

Aku benar-benar takut sekarang.


Sangat takut !.